Jumat, 14 Mei 2010

Duniaku: Hari Ini, Esok, dan Seterusnya

Waktu masih SD dulu, saya paling ingat pada satu perasaan saya ketika Pak Guru menceritakan tentang benda langit yang bernama meteor. Pak Guru mengatakan bahwa meteor pernah menghampiri bumi hingga membentuk lubang yang luar biasa luas di Arizona sana.

Otak saya langsung saja memproses informasi tentang meteor ini. Bagaimana kalau sebuah meteor jatuh di Bali? Apakah akan ada yang memberikan peringatan awal? Pertanyaan sejenis itu langsung saja berterbangan di benak saya. Dalam hati saya terus berdoa semoga tidak ada satu meteor pun yang jatuh di Bali. Paling tidak, meskipun ada meteor yang jatuh di Bali, semoga saja benda itu tidak jatuh di rumah saya.

Kemudian saya tahu jika pergerakan benda-benda di Galaksi Bima Sakti selalu di pantau oleh para ahli astronomi. Jadi, kalau ada meteor yang bakal jatuh di Bumi pasti bisa terdeteksi.

Akan tetapi, pada waktu saya masih seorang siswi SMP, kedua bola mata saya menyaksikan sebuah Negara besar menyerang Negara lainnya dengan senjata-senjata yang super canggih. Kembali, otak saya memproses informasi itu. Bagaimana dengan penduduk negeri itu? Apa mereka bersembunyi? Dimana? Bukankah senjata-senjata yang ditumpahkan ke negeri itu sangat berbahaya?

Hanya saja, pertanyaan yang paling lantang berteriak di kepala saya adalah bagaimana kalau negeri saya yang di serang? Bagaimana kalau ratusan rudal jatuh di halaman rumah saya? Apa saya akan bertahan hidup? Dan kalaupun saya bertahan hidup, apakah anggota tubuh saya akan tetap lengkap? Terlalu banyak pertanyaan.

Memang benar apa yang dikatakan oleh guru agama saya saat SMA. Beliau mengatakan bahwa jaman sekarang ini disebut jaman kaliyuga. Katanya, jaman kaliyuga ini adalah jaman yang penuh dengan kekacauan. Pokoknya ada sangat banyak dosa di dalamnya.

Mungkin setelah jaman ini berakhir kita akan bertemu dengan jaman baru. Jadi ini seperti sebuah siklus. Bukankah hal yang sama terjadi pada dinosaurus? Binatang besar itu dan kawan-kawannya punah karena jaman es? Mereka punah karena di telan jaman.

Manusia juga bertingkah sama seperti dinosaurus. Mereka ingin jadi penguasa. Karena itulah, mereka memakan apa saja yang dilalui dan dilihatnya. Mereka melakukan segalanya tanpa perasaan.

Bumi ini sudah semakin tua. Jadi wajar saja apabila banyak bencana alam yang muncul. Masalahnya, manusia yang dilindungi Ibu Pertiwi di atas tubuhnya bertindak sangat kejam dan sewenang-wenang. Bumi ini mematok harga yang sangat mahal untuk segala hal yang telah diberikannya. Dia tidak akan puas hanya dengan persembahan-persembahan. Ibu Pertiwi menginginkan hal yang lebih realistik yaitu perbuatan baik terhadap sesama.

Hari ini saya masih melihat aliran darah. Esok pun akan tetap sama. Dan seterusnya akan begitu. Tapi, bukankah kita bisa menghentikan segalanya? Buat apa kita memperebutkan hal yang hanya bersifat ilusi? Lebih baik kita berjalan bersama ke depan sambil berpegangan tangan. Kalimat itu bahkan sangat indah saat di baca. Akan lebih indah lagi apabila kalimat itu menjadi nyata.

Kita dilahirkan sebagai manusia karena Tuhan ingin agar kita melakukan satu kebaikan bagi dunia. Anggap saja bahwa dunia ini adalah benda kesayangan Tuhan. Tentu merupakan suatu tugas mulia karena manusialah yang dipilih Tuhan untuk menjaga benda kesayanganNya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates