Aku ingin hidupku indah seperti tokoh-tokoh dalam cerita dongeng. Aku pernah membaca ada orang yang mengatakan kalau hidup manusia itu seperti cerita dongeng. Dan sungguh, aku ingin hidupku seperti itu.
@@@@
Via mulai lagi. Dia berceloteh seolah-olah dia adalah penguasa dunia. Ratu sejagat raya dimana semua orang tunduk kepadanya. Sedangkan aku adalah babunya. Babu yang bisa dia perlakukan seenaknya.
Hari ini dia mengkritik pakaianku. Menurutnya aku tidak layak dekat-dekat dengannya dengan pakaian seperti ini.
“Kamu kelihatan kayak pelacur, Sin!” ucap Via dengan lugasnya. Dia bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaanku.
“Memangnya aku harus berpakaian seperti apa? Biasanya pakaianku juga seperti ini.” balasku. Hari ini aku hanya memakai tank top warna pink!
“Kalo bisa kamu ganti baju aja. Mumpung kita belum berangkat ke Villa.”
Aku menuruti apa yang dia katakan hanya untuk membuatnya berhenti berceloteh. Aku dan Via sudah berteman sejak kecil dan ayah Via banyak sekali membantu keluargaku yang serba kurang. Dan aku rasa karena hal itulah aku pantas direndahkan seperti ini.
@@@@
Kami sampai di Villa dan lagi-lagi akulah yang bertugas menurunkan semua barang-barang Via. Dia seperti akan pindah rumah saja dengan barang-barang sebanyak ini. Padahal kami hanya akan berlibur satu minggu di Villa ini.
Aku yang sebelumnya sudah punya rencana dengan teman-temanku terpaksa membatalkan rencana itu sebab Via memaksaku untuk ikut. Dan aku tidak boleh menolaknya. Aku sebenarnya tidak suka diperlakukan seperti ini!
Via masuk ke dalam bangunan indah dihadapan kami dan langsung menyapa seseorang disana. Suara seorang cowok yang sangat familiar di telingaku. Aku mendongak dari pekerjaanku dan disanalah dia berpelukan dengan Via.
Andra berpelukan dengan Via. Padahal Andra itu adalah pacarku. Dia masih berstatus pacarku dan kami belum mengakhiri apapun. Tapi hari ini dihadapan mataku dia malah berpelukan dengan Via.
Aku berjalan mendekat dan Andra terlihat biasa-biasa saja. Seolah-olah kami tidak saling kenal dan seolah-olah tidak ada hubungan apapun diantara kami.
“Ini teman yang kamu ceritakan ya?” tanya Andra pada Via.
“Iya… kenalin ini Sinar…” kata Via.
Andra mengulurkan tangannya dan aku pun meraihnya. Hatiku hancur setelah Via menambahkan kalimatnya, “Sin, Andra pacarku sekarang!”
Aku ingin sekali membuat mereka menghilang dari dunia ini…
@@@@
Malam itu, aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Pikiranku melayang ke kejadian tadi siang. Andra adalah pacar Via. Lalu aku akan dikemanakan? Apa aku tidak punya hak untuk bahagia?
Dari dulu aku sudah merancang hidupku agar seindah cerita dongeng. Dimana sang putri selalu hidup bahagia dengan pangerannya, si buruk rupa berubah menjadi angsa cantik dan bisa terbang bebas di angkasa. Aku ingin hidupku indah seperti itu. Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan.
@@@@
Via berteriak di depan pintu kamarku menyuruhku keluar. Dia berkata padaku kalau aku harus menutup rapat pintu dan jendela di Villa ini sebab Via tidak mau ada gangguan apa-apa. Aku ingat, waktu liburan tahun lalu Villa ini dihampiri maling dan leher Via hampir putus oleh belati sang maling.
Aku melakukan apa yang diperintahkan Via. Setelah menyelesaikan semuanya aku bergegas ke dapur untuk mengambil semua botol minyak yang disimpan di dekat lemari es. Aku menyiram seluruh bagian rumah dengan minyak itu. Tidak satu sudut pun aku lewatkan.
Jam di tanganku menunjukkan pukul 12 malam waktu aku menyelesaikan semuanya. Via dan Andra sudah tidur lelap. Aku beranjak keluar dan sebelum mengunci rapat pintu depan, aku melempar korek api ke lantai.
Monster merah itu langsung menjalar dengan cepat melalap apapun yang dia lewati. Aku menyaksikan itu semua dari tempat aku menyaksikan Via dan Andra berpelukan. Mereka harus musnah. Merekalah yang akan membuat impianku hancur. Jika mereka ada di dunia ini maka hidupku tidak akan seindah cerita dongeng…
0 komentar:
Posting Komentar