Sabtu, 25 Desember 2010

My New Year’s Wish – Fashion

Semuanya pasti punya harapan yang di tahun yang baru nanti. Aku juga punya. Malah kayaknya banyak banget dan aku nggak tahu apakah semua harapanku itu akan terwujud. Untuk urusan busana, aku berharap mendapatkan beberapa benda.


Kalo jalan-jalan ke pantai, aku pengen banget pakai baju kayak yang di bawah ini. Aku suka banget sama warna baju ini yang kelihatan sangat menenangkan. Dan ini bakal jadi perpaduan yang pas. Maksudku, pantai itu tempat yang bisa bikin kita tenang dan aku pakai baju yang warnanya menenangkan! Klop dah!!!

Buat sepatu dan sandal. Dulunya, aku bukan cewek yang terbiasa dengan sepatu atau sandal hal tinggi. Tapi sejak mulai kerja (dan karena di tempat kerjaku wajib pakai sepatu high heels) aku jadi terbiasa dengan sepatu tipe itu. Aku sepatu dan sandal di bawah ini sangat ingin aku miliki!!!




Yang terakhir: dress. Nggak tahu kenapa, ya aku langsung jatuh cinta waktu lihat dress yang satu ini. Warnanya krem dan lagi-lagi menurutku warnanya sangat menenangkan. Apalagi ditambah dengan bando yang senada warna bajunya. Wah, aku benar-benar berharap mendapatkan dress yang ini.


Hei guys, aku memang suka sekali berharap. Ada sih beberapa orang yang bilang padaku lebih baik nggak berharap tinggi-tinggi. Katanya, kalo nggak kesampaian bisa bikin gila. Tapi aku nggak seperti itu. Aku berharap saja. Entah kesampaian atau nggak, aku jarang memikirkannya. Yang jelas, aku suka sekali berharap sebab dengan berharap aku bisa tetap beridiri tegak menjalani hari-hariku.

Tapi tahu nggak, kadang-kadang tanpa aku sadari harapanku itu benar-benar jadi nyata lho… So, there’s nothing wrong with berharap!!!

Jumat, 24 Desember 2010

Aku Ingin Hidupku Seperti Cerita Dongeng

Aku ingin hidupku indah seperti tokoh-tokoh dalam cerita dongeng. Aku pernah membaca ada orang yang mengatakan kalau hidup manusia itu seperti cerita dongeng. Dan sungguh, aku ingin hidupku seperti itu.

@@@@

Via mulai lagi. Dia berceloteh seolah-olah dia adalah penguasa dunia. Ratu sejagat raya dimana semua orang tunduk kepadanya. Sedangkan aku adalah babunya. Babu yang bisa dia perlakukan seenaknya.

Hari ini dia mengkritik pakaianku. Menurutnya aku tidak layak dekat-dekat dengannya dengan pakaian seperti ini.

“Kamu kelihatan kayak pelacur, Sin!” ucap Via dengan lugasnya. Dia bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaanku.

“Memangnya aku harus berpakaian seperti apa? Biasanya pakaianku juga seperti ini.” balasku. Hari ini aku hanya memakai tank top warna pink!

“Kalo bisa kamu ganti baju aja. Mumpung kita belum berangkat ke Villa.”
Aku menuruti apa yang dia katakan hanya untuk membuatnya berhenti berceloteh. Aku dan Via sudah berteman sejak kecil dan ayah Via banyak sekali membantu keluargaku yang serba kurang. Dan aku rasa karena hal itulah aku pantas direndahkan seperti ini.

@@@@

Kami sampai di Villa dan lagi-lagi akulah yang bertugas menurunkan semua barang-barang Via. Dia seperti akan pindah rumah saja dengan barang-barang sebanyak ini. Padahal kami hanya akan berlibur satu minggu di Villa ini.

Aku yang sebelumnya sudah punya rencana dengan teman-temanku terpaksa membatalkan rencana itu sebab Via memaksaku untuk ikut. Dan aku tidak boleh menolaknya. Aku sebenarnya tidak suka diperlakukan seperti ini!

Via masuk ke dalam bangunan indah dihadapan kami dan langsung menyapa seseorang disana. Suara seorang cowok yang sangat familiar di telingaku. Aku mendongak dari pekerjaanku dan disanalah dia berpelukan dengan Via.

Andra berpelukan dengan Via. Padahal Andra itu adalah pacarku. Dia masih berstatus pacarku dan kami belum mengakhiri apapun. Tapi hari ini dihadapan mataku dia malah berpelukan dengan Via.

Aku berjalan mendekat dan Andra terlihat biasa-biasa saja. Seolah-olah kami tidak saling kenal dan seolah-olah tidak ada hubungan apapun diantara kami.

“Ini teman yang kamu ceritakan ya?” tanya Andra pada Via.
“Iya… kenalin ini Sinar…” kata Via.

Andra mengulurkan tangannya dan aku pun meraihnya. Hatiku hancur setelah Via menambahkan kalimatnya, “Sin, Andra pacarku sekarang!”

Aku ingin sekali membuat mereka menghilang dari dunia ini…

@@@@

Malam itu, aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Pikiranku melayang ke kejadian tadi siang. Andra adalah pacar Via. Lalu aku akan dikemanakan? Apa aku tidak punya hak untuk bahagia?

Dari dulu aku sudah merancang hidupku agar seindah cerita dongeng. Dimana sang putri selalu hidup bahagia dengan pangerannya, si buruk rupa berubah menjadi angsa cantik dan bisa terbang bebas di angkasa. Aku ingin hidupku indah seperti itu. Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan.

@@@@

Via berteriak di depan pintu kamarku menyuruhku keluar. Dia berkata padaku kalau aku harus menutup rapat pintu dan jendela di Villa ini sebab Via tidak mau ada gangguan apa-apa. Aku ingat, waktu liburan tahun lalu Villa ini dihampiri maling dan leher Via hampir putus oleh belati sang maling.

Aku melakukan apa yang diperintahkan Via. Setelah menyelesaikan semuanya aku bergegas ke dapur untuk mengambil semua botol minyak yang disimpan di dekat lemari es. Aku menyiram seluruh bagian rumah dengan minyak itu. Tidak satu sudut pun aku lewatkan.

Jam di tanganku menunjukkan pukul 12 malam waktu aku menyelesaikan semuanya. Via dan Andra sudah tidur lelap. Aku beranjak keluar dan sebelum mengunci rapat pintu depan, aku melempar korek api ke lantai.

Monster merah itu langsung menjalar dengan cepat melalap apapun yang dia lewati. Aku menyaksikan itu semua dari tempat aku menyaksikan Via dan Andra berpelukan. Mereka harus musnah. Merekalah yang akan membuat impianku hancur. Jika mereka ada di dunia ini maka hidupku tidak akan seindah cerita dongeng…

Kecewa


Aku sangat kecewa. Kalimat ini benar-benar mewakili apa yang aku rasakan belakangan ini. Disini aku tidak akan menyebut nama sebab aku tidak ingin menjatuhkan pihak manapun. Aku hanya akan membeberkan semua rasa kecewaku.

Semua orang berpikir jika orang ini adalah sosok yang paling sempurna dan paling pas menjadi pembela kebenaran di garis depan. Sebelum bertemu dengannya langsung pun aku berpikir demikian. Masalahnya, semua sarannya pas sekali. Dia pintar memberikan nasehat yang tepat.

Aku juga suka melihat semua aksi-nya yang sangat membela kaum minoritas. Dengan kata-katanya yang dahsyat, dia bahkan pernah dalam sebuah forum membuktikan dan berbicara lantang dihadapan kaum mayoritas! Aku suka yang seperti itu.

Makanya, waktu aku berkesempatan bertemu dengan orang ini dan bahkan bekerja sama dengannya, aku sangat gembira. Aku yakin aku akan mendapatkan banyak pelajaran berharga dan aku berharap aku bisa berkembang menjadi harapan orang tua-ku.

Tapi anehnya, saat pertama kali aku melihat dia, aku merasa takut. Awalnya aku pikir ini mungkin rasa grogi sebab akan bertemu dengan orang besar seperti dia. Hanya saja, lama-lama aku sadar kalau rasa takut itu bukan karena hal yang aku pikirkan itu.

Aku merasa terancam dan seolah-olah akan disakiti. Aku sama sekali tidak melihat pandangan teduh di mata orang yang aku banggakan itu (terus terang, aku rada risih menggunakan kata ‘bangga’ itu sekarang). Sebelumnya, aku selalu berpikir bahwa orang yang sudah mencapai tingkat spiritual tertentu akan memiliki tatapan teduh dan menenangkan.

Setidaknya, itulah yang aku lihat dalam diri Dosen Poetry-ku yang menurutku sudah mencapai tingkat spiritual tertentu. Tapi orang ini tidak. Dia punya tatapan mengancam dan merendahkan. Aku tidak suka yang seperti ini dan aku tahu, hal kayak begini akan membawa dampak buruk buatku.

Dan benar saja. Aku sungguh-sungguh mendapatkan perlakukan jelek dari orang ini. Aku sakit, aku kecewa, dan aku marah. Dan seperti katanya, aku ingin sekali memberontak dan itu pun aku lakukan.

Aku kecewa! Sungguh!!!

Template by:

Free Blog Templates