Aku memulai lembaran baru lagi. Dan sebagai anak baru, ada banyak hal yang masih perlu aku pelajari. Ini sama seperti ketika aku datang ke stasiun TV itu dan menjadi reporternya. Aku belajar dari nol dengan jumlah kesalahan yang hampir menyamai tingginya gunung. Ada beberapa orang yang tidak bisa menerima aku apa adanya. Maksudku, mereka berharap aku tampil sempurna tanpa cacat satu titik pun!
Hal yang sama aku dapatkan juga di lembaran baruku. Ada banyak orang yang mendukungku. Tapi tidak sedikit yang meremehkan dan malah tidak bisa menerima segala cela yang aku tunjukkan dan pamerkan kepada mereka. Kenapa aku bisa tahu? Aku hanya menerka dari nada suara mereka. Jutek, bo!
Aku tidak pernah mengerti, kenapa ada orang yang begitu egois dan tidak mau melihat dari sudut pandang seseorang. Apa susahnya sih hanya membalikkan keadaan sebentar saja dan berpikir bagaimana kalau mereka ada di posisiku? Mungkin bagi orang yang merasa dirinya sudah hebat dan di atas, hal tersebut seperti meloncat dari lantai 26! Alias ketika sampai di bawah kau hancur dan seluruh kebanggaanmu juga musnah.
Yang aku tahu, mereka yang tidak mau mengerti posisiku itu, juga orang beragama dan bahkan aku sering melihat tanda yang menunjukkan rasa bakti mereka pada Tuhan. Tapi apa mereka tidak malu memperlakukan orang lain buruk setelah menunjukkan rasa bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa?
Situasi yang sama tidak hanya berlaku untukku saja. Tapi untuk banyak orang yang merasa diinjak dan tidak mau didengar. Lihat deh orang yang hidupnya masih aja miskin. Makan tidak bisa, apalagi sekolah. Mereka itu adalah contoh orang yang tidak mau dimengerti oleh sang pemegang kekuasaan.
Aku hanya berharap, manusia di bumi ini mau mengerti sesamanya sedikit saja. Oke, aku mengerti kalau mereka itu orang hebat. Tapi tidak bisakah sedikit saja orang hebat itu berbaik hati dan mau mengerti orang yang tidak hebat seperti diriku